Peselancar membelah dan mencabik ombak adalah sebuah pemandangan yang spektakuler. Sama seperti melihat gambar-gambar peselancar pro in action di majalah-majalah selancar, menakjubkan. Menyaksikan aksi para peselancar itu menaklukkan ombak-ombak besar, adalah sebuah sensasi, sebuah kenikmatan yang hanya bisa dirasakan, sulit diceritakan. Dan apabila yang kita saksikan adalah para peselancar pro–yang setiap manuver-nya nyaris sempurna–tidak pernah jatuh–lincah di ombak besar, maka kesenangannya berlipat-lipat, waktu seperti berjalan begitu cepat, tak terasa, sudah berjam-jam kita duduk terpaku.
Meliuk-liuk di atas ombak tentu butuh keahlian, sesuatu yang sulit dilakukan oleh orang yang tidak terlatih. Bukan hanya keberanian menghadapi ombak yang dibutuhkan, tetapi juga kenekadan, karena ombak yang bagus biasanya terdapat di surf yang berkarang, salah-salah bisa celaka. Tidak jarang para peselancar itu cedera akibat terjatuh membentur karang.
Namun, tidak semua surf terdapat di karang, ada juga surf yang terdapat di pasir, ini yang disebut beachbreak. Akan tetapi, beachbreak ini umumnya tidak bagus–ombaknya kurang berkualitas. Tidak seperti ombak karang yang kebanyakan surfable, Jarang ada beachbreakyang ombaknya bagus, yang dapat digunakan oleh peselancar yang sudah mahir, kalaupun ada, tidak sekonsisten ombak karang. Beachbreak umumnya hanya cocok untuk peselancar pemula, yang baru belajar.
Di antara ombak karang itu, yang paling populer adalah Karang Nyimbor. “Karang Nyimbor” adalah nama nasional dan internasionalnya, sedangkan masyarakat setempat menyebutnya “Kaghang Nyimbogh”. “Kaghang” artinya “karang”, sedangkan “nyimbogh” berarti “menciprat”. Kira-kira, kalau Anda berdiri di karang, Anda akan kecipratan air, maksudnya. Karang Nyimbor nyaris sudah terkenal di jagad perselancaran di bumi ini. Surfing spot ini, juga beberapa spot lain di Krui, seperti Pugung Penengahan (Jimmy’s), Pugung Tampak (Drew’s), dan Labuhan Jukung, pernah beberapa kali diliput majalah selancar luar negeri.
Dari tahun ke tahun, peselancar yang datang ke Karang Nyimbor selalu bertambah. Mereka umumnya mengetahui tempat ini dari cerita teman-teman mereka yang pernah berkunjung ke sini. Cerita dari mulut ke mulut ini terus berkembang, mengalahkan promosi lewat media cetak dan internet.
Hal ini tentu tak luput dari suasana suasana lingkungan yang kondusif, serta dukungan masyarakat setempat terhadap perkembangan pariwisata di daerahnya, dan tentu saja, tidak lepas pula dari kualitas surf di Karang Nyimbor itu sendiri. “Di sini banyak fun waves. Ada banyak pilihan ombak, baik bagi yang sudah mahir, maupun bagi pemula. Di samping itu, air lautnya bersih dan hangat, dan tidak terlalu banyak peselancar di sini”, kata Lyon peselancar dari Australia, ketika saya tanya apa perbedaan surf di Krui dengan di tempat lain yang pernah dia kunjungi.
Karang Nyimbor ini pula lah yang paling banyak diliput media, baik nasional maupun internasional, baik cetak maupun elektronik. Akan tetapi ternyata liputan media masih kalah dibandingkan dengan cerita dari mulut ke mulut. Umumnya, peselancar mancanegara yang datang ke Karang Nyimbor, mengetahui tempat ini dari cerita mulut ke mulut. “Saya tahu tempat ini dari teman saya yang pernah ke sini tahun lalu”, kata Martin peselancar dari Australia yang baru pertama kali ke Karang Nyimbor. “Tadi pagi ombaknya bagus. Biasanya menjelang petang akan lebih bagus lagi”, katanya.
Ada tiga tipe ombak, yang pecah di kiri, yang pecah di kanan, dan yang pecah di tengah. Ombak pecah di tengah, jarang terdapat. Di Krui hanya ada satu, yaitu di Way Redak. Peselancar menyembut ombak ini A-shape, karena bentuknya seperti huruf A. A-shapeyang ada di Way Redak ini sangat pendek dan singkat, saking pendek dan singkatnya, mereka menyebutnya four seconds, karena durasinya cuma beberapa detik.Tidak banyak yang menyukai ombak ini.
Yang pecah di kiri disebut lefthander dalam istilah selancar, sedangkan yang pecah di kanan, disebut righthander. Ombak di Karang Nyimbor ini, semuanya lefthander, dengan berbagai ukuran, mulai dari yang kecil, sekitar 6 feet, sampai yang terbesar sekitar 14feet. Bagi peselancar pemula, ombak seukuran 6 feet, sangat cocok untuk berlatih. Sedangkan bagi peselancar pro, lebih cocok ukuran 8 feet ke atas. Namun, kadang-kadang, ombak-ombak di Karang Nyimbor ini meradang, mencapai lebih dari 14 feet. Kalau sudah demikian, kebanyakan peselancar pergi mencari tempat lain yang ukuran ombaknya lebih kecil. Labuhan Jukung adalah tujuan utama para peselancar, ketika ombak di Karang Nyimbor terlalu besar.
Perkembangan wisata selancar di Karang Nyimbor khususnya, dan di Krui umumnya, cukup menggembirakan. Setiap tahunnya, ribuan peselancar dan wisatawan mancanegara berkunjung ke tempat ini, jumlahnya, dari tahun ke tahun, terus bertambah. Hal ini seiring dengan pertumbuhan jumlah penginapan yang semakin hari, semakin banyak. Kalau dulu, awal tahun 2000-an, baru ada dua penginapan, sekarang jumlahnya sudah puluhan.
Penginapan yang oleh peselancar disebut surf camp ini terletak di pinggir pantai, sehingga memudahkan para peselancar mencek ombak di pagi hari. Para peselancar umumnya memang menyenangi tempat menginap yang terletak di pinggir pantai, karena, dengan demikian, mereka tidak perlu repot-repot setiap kali ingin mencek ombak. Di samping itu, jika tidak sedang berselancar, mereka bisa duduk santai di atas platform, menyaksikan teman mereka berselancar. Surf camps di Karang Nyimbor umumnya menyediakan platformseperti ini untuk para tamunya.
Surf camps di Karang Nyimbor terdiri dari berbagai tipe, mulai dari yang sederhana, berdinding papan, sampai yang lumayan, berdinding tembok permanen. Di tengah rimbun daun dan pepohonan hijau, surf camps ini berudara sejuk. Tak perlu AC karena AC alam sudah cukup untuk menyejukkan udara, di tengah hari bolong sekalipun. Desainnya yang unik, dan lokasinya yang asri, menimbulkan sensasi kenikmatan, sehingga pengunjung betah berlama-lama. Tidak heran, turis mancanegara betah berlama-lama di sini. Bukan hanya seminggu dua minggu, bahkan ada yang tinggal di sini selama berbulan-bulan.
Surf camps ini menawarkan tarif yang berbeda-beda, sesuai dengan kelas dan fasilitasnya, mulai dari 150.000 rupiah per hari, sampai 300.000 rupiah per hari, termasuk 3 kali makan. Surf camps dengan tarif 300.000-an menyediakan fasilitas yang lumayan bagus seperti TV, meja biliar, dan sarana olahraga. Surf camps yang dikelola oleh orang lokal, umumnya bertarif rendah, bahkan bisa turun sampai 100.000 rupiah per hari, termasuk makan 3 kali, jika sedang musim sepi, namun fasilitasnya minim, dan berjarak relatif jauh dari ombak. Semua surf camps di Karang Nyimbor ini menyediakan warung yang menjual kebutuhan konsumsi seperti minuman, rokok, dan snacks.
Krui, Lamoung Barat (dalam lingkaran) |
Di area sekitar surf camps ini, sudah cukup tersedia segala kebutuhan harian seperti makan dan minum, sehingga Anda tidak perlu repot-repot pergi ke pasar untuk belanja. Lokasi surf camps ini cukup terisolasi dari perkampungan penduduk, sehingga suasananya nyaman dan tidak bising, jauh dari polusi lalu lintas. Namun, jika Anda perlu berjalan-jalan, atau pergi ke tempat berselancar yang lain, Anda bisa menyewa sepeda motor, dengan tarif 50.000 rupiah per hari. Berpergian dengan kendaraan umum, jarang dilakukan turis, karena tidak nyaman, dan banyak makan waktu.
Sumber :