setelah
hujan, kabut
merebut
jarak ruang
dan
dengus maut
di belantara guguran detik,
deru
rintik
menggambar
genangan waktu
di wajah langit
di tanah, wajah teduh
dari
pasrah
berkerumun
peluh
jatuh,
mengeluh
umpama
mantra
dan
gumam
akar
pohon purba
luka
di urat, berdarah
daging meretak, pecah
bebunyian nanah
menggema
sumpah
dan sekulah
gundah
saat takut
menunda pasrah
selesai kabut,
kekal
menyesak
di dada sekal
dan kemah cakrawala
nyerupa rumah
jadi biang anak durhaka
lalu kau merengut
tanah mengerut
menghiba maut
mendakwa
takut
0 comments:
Post a Comment