Teman-Teman KKN 2012

KKN 2012 Di Lampung Selatan Kec. Palas Desa Bumi Restu .

Wisudaan NoviTriyani

Wisuda My Sister 2012 Phancabakti Bandar Lampung.

KKL 2011 YOKYAKARTA

Susanto Dan Yogi Aprianto.

Sahabat KKN 2012

Siger Propinsi Lampung.

Angkatan 2009 Pendidikan Kimia

Universitas Lampung.

Wednesday, October 24, 2012

Di Pinggir Gigil Remang




pernah, aku memburumu di pinggir gigil remang itu
ketika kota lembab oleh senyap cahaya lampu
pintu toko menutup, mobil sekaku tubuh

hujan yang gaduh kian gegas membawa masa lalu
waktu kau dan aku saling janji
untuk tak lagi bertemu

tapi, apa daya, perempuanku
kota yang lembab menjerat kangenku hingga sekarat
merobek batas maut dan hidup yang berkarat

berlari menuju berahi, menggegaskan gelap,
mengucurkan keringat yang berkeriap
mengulum nafsu akan bau tubuhmu

dan berusaha agar kau tahu
bahwa bagi asmara yang terlunta
tak ada tukar—bahkan dengan nyawa!

lantas—mengapa kau tersenyum dan matamu durjana?
apakah sia-sia keinginan untuk menjumpa?
bukankah tubuh sekadar ruang singgah?

antara nama dan tiada,
hasut tanah dan dingin surga,
atau sekejap nikmat yang kelak khianat

maka aku memburumu di pinggir gigil remang itu
memastikan untuk bertemu
jejak kesumat pada tubuhmu

dan kabut enggan luruh, jalan penuh sisa
oleh senyap cahaya lampu
jejak sepatuku—tak pula sua kepadamu


                                                2002




cermin




Lelakiku, lekas kunjungi aku. Aku sedang mengandung. Buah yang dulu kau tanam di balik bilikku itu,  mungkin sudah matang. Batang-batangnya amat keras. Serabut akarnya mengisi setiap lekuk liku kamarku. Aku merindukan kamu. Petiklah buah itu. Buah yang telah mengantarkan kau ke balik bilikku. Yang kau curi dari taman itu.

Perempuanku, sesungguhnya setiap saat kukunjungi kamu. Mengapa kau tak sadar-- sejak aku mencuri di taman itu, perlahan-lahan aku telah menjelma buah, yang kemudian kau makan, kau simpan di balik bilikmu itu. Sejak itu kulitmu bersisik dan desahmu mendesis. Sebab itulah setiap saat kau merindukan aku. Kau seperti bercermin, melihat bayangmu sendiri di antara kelakangku. Setiap saat sesungguhnya kau mengandungku. Karena aku adalah rasa sakit itu. Yang setia mengunjungimu.

cawan sepasang sungai



Dua sungai yang lama tak bertemu kini telah bertemu
Mereka berpelukan, setelah tegur sapa terlupakan
Mengisahkan kenangannya masing-masing
Tentang masa kecil, tentang luka di lengan
Tentang malam terakhir persetubuhan
Di sebuah atap rumah
Saat purnama menjanda
saat kabut berlari ke sana-ke mari
Menggonggong seperti anjing dan burung jalak
Ketika musim semi merekahkan sabdanya
Ketika keinginan untuk bertemu
sama kuatnya dengan keinginan untuk berpisah

Di  sana mereka bertemu kembali
Sungai pertama memperlihatkan boreh di pipinya
“tanda ini kudapat saat aku berusaha mencium bibirmu,
dan kau tak mau,” katanya
sungai kedua tersenyum,” itulah akibat bila kau meragu
di tengah pilihan untuk tak meragu,” ujarmu

tapi sudahlah, semua telah berlalu
berlalu seperti bulu-bulu hari yang berlepasan, berterbangan
ditiup lidah angin yang takkan kunjung usai

dan borehan itu—adalah masa lalu
Dan masa lalu adalah
air yang pernah mengalir di tubuhmu
tak ingin menetap, tak ingin menjadi abadi,
tak ingin mati, dan angkuh seperti batu|
yang selalu bersitegang kepada waktu
dan kau, kekasihku. Dulu..
ujar sungai pertama sambil meninju kecil
ujung lengan baju sungai kedua

takkah kau lihat bekas gigitanmu di leherku, kata sungai kedua
kau rupanya geram dulu
saat kau tahu kalau aku telah berselingkuh dengan Waktu
untuk menjadi abadi
di alir nadi.
Rupanya kau merasa malu
Mengapa sungai pejantan seperti kau
Harus takluk di bawah bibir sungai perempuan
dengan keangkuhan yang tak jelas juntrungnya itu
Kau lampiaskan dengan mengigit leherku
Menggigit perjanjian antara aku dan Waktu

Tapi, itu masa lalu


Dan kini kita bertemu


Bukankah isyarat ini buah pohon Waktu
berulangkali lahir tanpa kata akhir
Tanpa tanda seru

Sepasang sungai yang bersetubuh
Seperti sepasang merak yang pancarkan warna purnama
Cahaya yang jadi ilham hujan dan kemarau
Untuk acuh kepada debu atau dingin ruang tunggu

Dan, buktinya, aku tetap menunggumu

Ya, kau tetap menungguku

Bukankah menunggu adalah bagian lain setangkup musim
Segulung peta, bersit koma
Dan jeda saat kereta tiba
Saat penumpang bergegas mengusung jenazah

Bukankah menunggu adalah istirah
Perihal yang selalu muncul dari mata air rutin
Secabik hening di antara praduga
derita yang bahagia

Dan, kau juga menungguku

Sebenarnya aku menunggu diriku sendiri
Memastikan, apakah laut yang asin
Tetap mengandung garam

Suasana yang terbangun dari buah makam cahaya
sSekerjap bidikan di atas badan sang pencipta
Iringan jenazah, tangkai bunga, dan
Altar penuh darah

Darah yang terbit
dari keinginan
              menjadi abadi
jadi duri
Bagi Waktu,
bagi lintasan kematian yang selalu berkunjung
Seperti tukang pos yang hadir di depan rumah
tergesa mengetuk pintu
Mengantar surat lamaran
Dari pemilik malam

Atau semacam metafora

Istilah untuk mengatakan yang tak terkatakan--
              Buih dan rona koral di pipi lautan
kering mulut pantai ketika pasir terbakar

Bukan oleh api dan badai, tapi oleh hasrat
Untuk menguasai diri
Pertapaan yang kau kunjungi setiap saat
Setiap detik, hingga ke abad

Di jubahmu yang kuning dan berdebu
Waktu sembunyi umpama kepala penyu
Umpama racun ular, dan raung kucing hutan
Saat ingin mencekam lawan
Saat ingin menerkam diam
Bulan karam di bawah lidah
Lidahmu menyimpan rumpunan dedaunan
Daunan itu yang selalu menzikirkan nama tuhan
Tuhan yang mengembarai badan
Badan di mana bulan pun karam
Metafora. Kalimat tanpa warna

Kalimat yang kau bisikkan berulangkali padaku
Yang kini  terlampau tua
Dan hancur oleh geram cuaca

Cuaca. Warna. Sulaman kebun teh dan hijau daun angsana
Mahkota para dewa. Cahaya tipis dari seruling
Para raksasa

Kini aku ingin melihat kenyataan. Tanpa cuaca
Tanpa praduga
Aku ingin kau berkata apa adanya
Tanpa prasangka
Melihat sungai hanya sebagai sungai
Melihat air dan turut mengalir
Melihat laut—dan kau melompat bersama kabut
Bersama tiang-tiang kapal, liukan ikan
Dan gelisah mata mercusuar

Metafora dan mataku telah menjadi buta

Cukup lama kita saling melupakan
Cukup lama kita saling meninggalkan

Padahal muara—tempat di mana kita akan saling menjumpa
Telah lama menanti dengan pasrah
Muara adalah mahligai perkawinan
Aku dan engkau
Masa lalu dan masa depan
Perkawinan dan perceraian

Karenanya, kekasihku, sungai bergambar bulan
Peluk aku sekarang
Dan jangan berkomentar
Cukup bila kau diam
Hanyut segala silam

Pegang tanganku dan hayati sedih waktu
Yang tak mampu memerangkap kita
Dengan bilah-bilahnya yang angkuh
Karena kita berdua sungai
Dipisah oleh tanah
Tapi bersatu dalam gelora

bulan dalam kendi


     


1
melewati peluh belukar malam
                       aku bersamamu

menyusuri lekuk rimbun taman
tertatih kau bersamaku

mata nyalang mencari-cari
di manakah bunga dinamakan api

memasuki kecut  lidah kabut
kau dan aku gugup

membayang hujan bergandeng tangan
kau - aku menduga angan

apakah itu dendam bisikmu redam
saat kunang lebih cekam ketimbang pedang

engkau perempuan
aku sehimpun diam

2
apa dicari
selarik tamsil pada musim

berapa umpat kau simpan
hingga tak sanggup kutelan

apa kan ditebak
bila degup kian congkak

berapa kan terbilang
bila diri perlahan hilang

mengapa kau diam
tak inginkah kau telanjang

bila bosan kau sibak malam
sempurna sudah pertemuan

tak guna baju terpakai
jika jantung mendegup lunglai

apa dinanti
selarik diri dalam puisi

apa dicari
selarik puisi dalam diri


3
kau ucap namaku
lalu namaku
melarut ke dirimu

kuucap namamu
lalu namamu
melesap ke diriku

kita lupa nama
lupa wajah
penuh luka

nama kita lupa
atau luka
tanpa nama

lalu di mana wajah
bila lupa
pada luka

kau ucap nama lupa
kuucap nama luka

wajah yang lupa nama
wajah yang lupa luka

4
kau memata-mataiku

padahal matamu
api dalam mataku

sempurna


2005-2006







Altar Ismail



demi waktu

aku rela ikut denganmu

akan kulepaskan tubuh
demi abadi sang ruh

tapi, tolong kau tanyakan, bapak
kepada leluhurmu itu--

apakah cinta
selalu menuntut kata percaya

apakah cinta
yang masih menduga-duga setia

bukankah itu syak-wasangka
yang berharap lepas dari dusta.

demi waktu
akan kulepas tubuhku

agar kau lega, bapak
dan tak pernah lagi bertanya—

mengapa cinta
selalu menutup mata

dari keramaian hasrat
dan niat untuk mendua

duduk dalam hening
dada dalam hampa.

demi waktu
akan kulepas diriku

semoga kelak Kau paham
bahwa aku telah karam

di lautan dendamMu
di dalam diriku

dan seorang bapak
akan bangga 

anaknya telah lesap
ke semesta yang senyap.

                        2005
           


After rain/ Setelah hujan





            setelah hujan, kabut
            merebut
            jarak ruang
                        dan dengus maut

            di belantara guguran detik,
                        deru rintik
            menggambar
            genangan waktu
            di wajah langit

            di tanah, wajah teduh
            dari pasrah
            berkerumun peluh
                        jatuh, mengeluh
            umpama mantra
            dan gumam
            akar pohon purba

            luka di urat, berdarah
            daging meretak, pecah
            bebunyian nanah
                        menggema
                        sumpah
            dan sekulah gundah
            saat takut
            menunda pasrah

            selesai kabut, kekal
                        menyesak
di dada sekal
dan kemah cakrawala
nyerupa rumah
jadi biang anak durhaka

lalu kau merengut
            tanah mengerut
            menghiba maut
mendakwa takut
                                                                        


PEREMPUAN BERAIR MATA



Akhir Desember
perempuan berair mata
memetik bunga semboja
yang hampir tenggelam
di tengah kuburan
sesampai di rumah
diletakkan dalm pot
dan menyayanginya
seperti ia menyayangi
mendiang suaminya
Awal Januari
luapan air kali
mengembalikam bunga semboja
dan perempuan berair mata
ke tempat semula

                                                                        karya : Imam Ma’arif

KUPU – KUPU BERBAJU PUTIH


02 – 10 - 2008
  
Sejak kau tutup jendela
tak ada kupu – kupu
menerobos ke rumahmu
kau jijik dengan kotorannya
yang terkadang meledak
di atas kepala
terkadang sayapnya patah
dan terjerembab dalam fikiranmu
tapi ibumu  merindukan
kupu – kupu
terbang memenuhi ruangan
ia seperti bintang – bintang, katanya
jika sayapnya lepas
ibumu selalu
menjahitkan baju sebagai ganti
sore itu
seekor kupu – kupu berbaju putih
berhasil menerobos masuk
ke rumahmu
lalu sembunyi di balik
kasih ibumu
esok paginya
berbondong – bondong
pelayat mengantar ibumu

                                                                        Karya : Imam Ma’ruf

Teruntuk Sahabatku, Mu’arrofah



 Assalamualaikum…

Selamaini aku mencoba melangkahkan kaki, dan berjalan menjemputmu dengan hati yang terbuka, dengan harapan aku mampu membimbing dan membawamu menuju istana cinta yang telah kubangun dalam hidupku. Kala itu aku sungguh – sungguh berniat menjadikanmu permaisuri hidupku yang akan selalu kuhabgatkan dengan aliran darah yang terbias melalui dekapan pelukku. Aku tau, ketika gundah hadir dalam hatimu dan membuatmu bertanya akan kepastian cintaku? Aku akan membawamu pergi ke taman asmaraku, aku akan  membaringkanmu di bawah teduhnya pohon cinta yang telah tumbuh rindang dalam hatiku, saat itu akan kuusir gundahmu dengan bisikan – bisikan cinta yang setiap saat akan kuhadiirkan di hatimu melaluli bait – bait puisi yang muncul dari kejernijhan hatiku.


Sahabat… kau yang menjadi cintaku
Aku tidak sedang berpuisi… aku tidak sedang merayumu melalui tulisan – tulisan yang mewakili perasaan hati ini, aku hanya ingin kau mengerti seutuhnya apa yang ada dalam hatiku tentang dirimu, aku mengagumimu melalui kesederhanaan yang kau miliki disetiap prilakumu, aku juga mengagumimu  melalui tutur katamu yang lembut dan candamu yang santun. Sahabat… hingga saat ini aku selalu bertanya, apakah engkau tau sepenuhnya? Bahwa aku mencintaimu ketika malam berganti siang, ketika azan subuh dikumandangkan dari rumah – rumah Allah yang kemudian diiringi terbitnya matahari dari ufuk timur, percayalah… hingga senja pun tiba aku tetap begitu, aku akan tetap mencintaimu hingga waktu pun tak mampu membatasinya…


Sahabat… aku ingin kau juga tau apa yang kuharap dan apa yang kurasakan saat hati ini terbuka olehmu dihari yang lalu, 

RINDU SETUBUH CINTA


Aku rindu                                                                                                       
Nafasmu yang berlalu
yang sempat hembus dari degub jantungku.

Aku rindu
Hangat darah pelukmu
yang sempat seirama dengan denyut nadiku.

Aku rindu
Aroma dan geliat tubuhmu
yang tak bosan memberiku madu
pada persetubuhan cinta penuh nafsu.

Bandar Lampung, April 2011.

Thursday, March 22, 2012

Pengertian Pencemaran



Ditulis oleh Achmad Lutfi pada 26-02-2009
Lingkungan biasanya diartikan sebagai sesuatu yang ada di sekeliling kehidupan atau organisme. Lingkungan adalah kumpulan dari segala sesuatu yang membentuk kondisi dan akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung baik kepada kehidupan dalam bentuk individual maupun kuminitas pada tempat tertentu.
Masalah pencemaran merupakan suatu masalah yang sangat populer, banyak dibahas oleh kalangan masyarakat di seluruh permukaan bumi kita ini. Masalah pencemaran merupakan suatu masalah yang sangat perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak untuk dapat menanggulangi akibat buruk yang terjadi karena pencemaran, bahkan sedapat mungkin untuk dapat mencegah jangan sampai terjadi pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup mengalami perubahan, sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya terganggu. Ketidak seimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad modern ini banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan pencemaran lingkungan. Manusia adalah merupakan satu­satunya komponen Lingkungan Hidup  biotik yang mempunyai kemampuan untuk dengan sengaja merubah keadaan lingkungan hidup. Dalam usaha merubah lingkungan hidupnya ini dengan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat menimbulkan masalah yang disebut pencemaran. Manusia juga dapat merubah keadaan lingkungan yang tercemar akibat berbuatannya ini menjadi keadaan lingkungan yang lebih baik, menjadi keadaan seimbang, dapat mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan, bahkan diharapkan untuk dapat mecegah terjadinya pencemaran.
Ditinjau dari segi ilmu kimia yang disebut pencemaran lingkungan adalah peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi, baik keadaan struktur maupun fungsinya sehingga mengganggu kesejahteraan manusia. Pencemaran lingkungan ini perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak, karena pencemaran lingkungan dapat menimbulkan gangguan terhadap kesejahteraan kesehatan bahkan dapat berakibat terhadap jiwa manusia.
Berdasarkan medium fisik lingkungan tempat tersebarnya bahan kimia ini, maka pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bahan kimia dapat dibagi menjadi tiga jenis pencemaran, yaitu:
  1. Pencemaran tanah
  2. Pencemaran udara
  3. Pencemaran air
Perubahan keadaan bahan kimia yang tersebar dalam ketiga medium fisik lingkungan ini, baik secara langsung maupun tidak dapat akan berpengaruh terhadap kesejahteraan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya. Pengaruh ini dapat terjadi dalam penggunaan: Medium air, untuk keperluan minum, memasak, sebagai pembersih, untuk keperluan industri dan pertanian.Medium tanah, untuk pertanian, tempat rekreasi, tempat olah raga, tempat tinggal dan sebagainya. Medium udara, semua makhluk hidup memerlukan udara untuk bernafas, tanpa udara  di bumi ini tidak akan ada kehidupan.